Kainwol dibuat dari bulu domba. Bahan benang buatan misalnya dakron, polyester dan nilon digunakan untuk membuat tekstil dengan jenis tertentu. Bahan benang yang lain, misalnya serat agel dan serat rami, digunakan untuk produk tekstil lain, seperti tas dan makrame. Bahan tekstil ini memiliki sifat yang berbeda-beda sebagai berikut. a.
Halo, Naifri, terimakasih sudah bertanya di Roboguru. Kakak bantu jawab ya. Jawaban atas pertanyaan tersebut adalah C. Kuning. Berikut ini penjelasannya ngket adalah kain yang ditenun dengan menggunakan benang emas atau benang perak atau kuningdan dihasilkan dari daerah-daerah tertentu seperti Palembang, Minangkabau hingga Samarinda Kata songket berasal dari kata sungkit dari kata kerja menjungkit benang. Sedangkan dalam arti khusus,sungkit adalah jarum dari tulang yang digunakan untuk menyulam. Kain sungkit adalah kain yang disulam, sedangkan bersungkit berarti menusukkan, menembus atau memasukkan benang. Para ahli sejarah mengatakan bahwa Kerajaan Sriwijaya sekitar abad 11 setelah runtuhnya Kerajaan Melayu, memegang posisi perdagangan laut dan hegemoni perdagangan luar negeri. Sekitar abad ke delapan, Kerajaan Sriwijaya merupakan kerajaan kaya raya, sehingga emas sebagai logam mulia melimpah ruah. Sebagian emas itu kemudian dikirim ke Negara Siam yang diolah dan dijadikan benang emas untuk kemudian dikirim kembali ke Sriwijaya. Dalam hubungannya dengan benang emas, ada pendapat lain yang mengatakan bahwa benang emas merupakan benang yang diimpor atau didatangkan dari Kot Canton Cina bersamaan dengan didatangkannya benang sutera. Emas yang melimpah ruah ketika zaman kerajaan dulu tercermin dari penggunaan emas dalam tenunan kain songket dan arti emas dalam bentuk rumah adat limasan. Dengan demikian, jawaban yang tepat seperti paparan diatas. Semoga Membantu ya.

Yangmembedakan keduanya adalah pada teknik pembuatan dan bahan yang digunakan. Pada songket ada tambahan benang emas, perak, atau benang sutra. Daerah yang terkenal sebagai penghasil tenun ikat, antara lain Aceh, Sumatra Utara, Sulawesi, Bali, Sulawesi Tengah, Toraja (Sulawesi Selatan), Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, NTT, Flores, dan Maluku.

Warna, bukan hanya warna kerayon saja yang mempunyai warna-warna berpariasi tetapi benang juga mempunyai macam-macam warna benang, dari yang mulai warna solid sampai yang warna di variasi “dibuat menjadi warna berbeda” warna sendiri telah diteliliti dan digunakan dari 2000 tahun sepanjang sejarah, kita dapat membedakan benda-benda atau melihat dunia yang luas dan beragam, dunia akan tampak lebih indah dan menarik karena warna-warna yang berbeda, walaupun pada masa sekarang perkembangan terus menerus mengalamami perubahan, yang menghasilkan warna-warna yang menarik. Begitupun dengan benang, benang sendiri adalah bahan tekstil yang diproses menjadi sebuah benda yang bisa dipergunakan, warna benang sendiri mempunyai macam-macam warna, akan kesulitan apabila kita membeli benang ke toko-toko penyedia benang, tapi kita tidak mengetahui kode-kode yang ada pada benang itu sendiri, karena ketika salah pemilihan benang dalam proses penjahitan, maka akan membuat sebuah jahitan terkesan tidak bagus untuk dilihat, maka dari itu penting dalam proses pemilihan benang ini 487 Hitam 001 Putih 053 Navy Banyaknya warna-warna yang ada pada benang akan sangat membingungkan, apabila ketika tidak mengetahui warna –warana tertentu, kalau warna solid mungkin kita bisa mengetahui dengan secara jelas, seperti hitam, putih, kuning, merah. Warna ini akan sering kita jumpai karena warna-warna solid seperti inilah yang sering di pergunakan, beda dengan halnya, benang yang mempunyai warna-warna yang mungkin jarang kita lihat atau jarang kita pergunakan, seperti m-037 yaitu warna Tosca, dan yang menarik lagi warna benang ini, ada yang mempunyai warna-warna yang sama kodenya 174 dan 182 yaitu warna Ungu, ungu disini adalah warna solid, tetapi apabila kita perhatikan dengan seksama warna benang ini akan berbeda, walaupun warnanya sama tetapi ada yang membedakan yaitu keterangan dalam warna tersebut, 147 itu warna Ungu yang kehitam-hitaman, seperti buah anggur yang sudah matang. Tetapi beda halanya dengan 182 yaitu ungu yang warnanya solid yang semua orang juga pasti tahu, dan kenapa macam-macam warna benang ini berbeda. Karena dalam setiap proses penjahitan, berbeda seperti dalam proses pemotongan bahan, setiap bahan mempunyai warna itu sendiri, yaitu warna yang berbeda, sehingga ketika proses penjahitan tidakk sesuai dengan warna, jahitan yang di timbulkan akan terlihat seperti mengambang yaitu warna benang dengan warna bahan tidak menyatu dan membuat sebuah jahitan terkesan jelek, kode disini juga mempunyai kaitan yang erat dengan bahan yang dipotong, yang nantinya dipergunakan untuk dijahit, seperti bahan jeans, bahan, kanvas, bahan yang halus sampai yang paling halus, mempunyai kode sendiri, sehingga dimunculkanlah kode-kode dalam benang yang nantinya memudahkan proses penjahitan.

KainBlongsong dibuat dari tenunan kain sutera dengan benang katun biasa yang digunakan dalam acara seremonial seperti cukuran, tunangan dan perkawinan. Biasanya warna pada ukiran didominasi oleh warna kuning emas dan merah. Adahobi, Teknik Cetak - Ada berbagai macam teknik cetak yang dapat digunakan oleh para desainer untuk memenuhi

Kain Songket – Songket adalah jenis kain yang masih termasuk golongan brokat. Kain ini ada di mayoritas negara – negara Asia Tenggara, yaitu Indonesia, Malaysia, Brunei, Singapura, dan Thailand Selatan. Songket dibuat menggunakan tangan dengan bahan sutera atau katun, lalu diberi motif dengan benang perak atau emas. Benang – benang yang berkilau itu menonjol dibandingkan dengan warna benang lainnya, sehingga memberikan efek yang indah. Dalam proses penganyaman, benang metalik disisipkan di antara benang warna dasar. Teknik ini disebut benang pakan. Sejarah Kain SongketKain Songket dalam TradisiFilosofi Kain SongketBahan dan Alat Pembuatan Kain SongketTeknik Pembuatan Kain SongketJenis Jenis Kain SongketWarna yang Digunakan dalam Pembuatan Kain SongketArti dari Simbol pada Kain Songket Kain Songket Meskipun banyak digunakan dan terkenal di banyak negara, sejarah kain songket di Indonesia agaknya kurang lengkap. Pembuatan kain songket pertama – tama diasosiasikan dengan pendudukan bangsa Melayu di Sumatera, tetapi teknik produksi yang lebih berkembang bisa jadi diperkenalkan oleh pedagang India atau Arab. Dalam tradisi Indonesia, kain songket dihubungkan dengan Sriwijaya, sebuah kerajaan maritim yang makmur pada abad ke-7 hingga 13. Alasannya adalah karena Palembang merupakan salah satu daerah produsen songket terbaik di Indonesia. Songket adalah tekstil mewah yang memerlukan beberapa lapisan dan benang emas disisipkan ke dalamnya. Menurut sejarah, tambang emas berlokasi di pedalaman Sumatera, tepatnya di dataran tinggi Jambi dan Minangkabau. Meskipun benang emas pernah ditemukan terkubur di antara peninggalan kerajaan Sriwijaya bersamaan dengan batu rubi dan piringan emas, tidak ada bukti para pengrajin kain songket menggunakan benang emas sejak abad 7 hingga 8. Kemungkinan besar, songket berkembang setelah zaman itu. Lain dengan di atas, menurut tradisi Kelantan, penganyaman songket datang dari Utara di daerah Kamboja – Siam lalu meluas hingga ke Pattani, dan akhirnya mencapai Kelantan dan Terengganu pada abad ke-16. Produksi songket berlanjut sampai ke pinggiran Kota Bharu dan Terengganu. Pengrajin yang berada di Terengganu percaya bahwa teknik pembuatan songket diperkenalkan ke Malaysia lewat India melalui Palembang dan Jambi. Asal usul kain songket memang tidak jelas, namun kemungkinan besar pembuatan songket masuk ke Malaysia lewat penggabungan antar keluarga kerajaan. Ini adalah kejadian yang umum pada abad ke-15 untuk menyusun strategi kekuasaan. Produksi kain songket mungkin diletakkan di kerajaan yang kuat secara politik karena mahalnya biaya. Secara tradisional, songket merupakan kain yang mewah, sangat indah, dan hanya digunakan untuk acara – acara tertentu seperti festival religius dan perayaan khusus lainnya. Songket telah menjadi garmen yang wajib digunakan pengantin pria maupun wanita dalam acara pernikahan, serta merupakan bagian penting dari pakaian adat Palembang, Minangkabau, dan Bali. Kain Songket dalam Tradisi Kain Songket Pada zaman ini, kain songket paling banyak digunakan dalam upacara adat, misalnya pakaian pengantin. Banyak usaha yang telah dilakukan untuk mempromosikan songket sebagai bahan pakaian yang populer, baik di dalam maupun di luar negeri. Saat zaman penjajahan, songket dari Sumatera Barat telah dipamerkan di Belanda. Banyak juga pameran yang telah digelar dengan tujuan untuk mempertahankan dan mempromosikan seni tradisional pembuatan songket, seperti pameran songket yang digelar tahun 2015 oleh Museum Tekstil Jakarta. Acara ini memamerkan sekitar 100 karya songket dari berbagai provinsi di Indonesia. Ada juga Sawahlunto Songket Carnival yang digelar di Sawahlunto, Sumatera Barat pada bulan Agustus 2015. karnival ini menampilkan parade dan pameran dengan peserta berbagai studi pembuatan maupun pengrajin songket tradisional di seluruh Sumatera Barat. Karnival yang digelar tanggal 28 Agustus 2015 ini juga berhasil membuat rekor MURI pengguna songket terbanyak dalam satu waktu, karena pada acara ini orang menggunakan songket Silungkang secara bersamaan. Saat Ini, songket telah menjadi sumber inspirasi bagi desainer busana kontemporer. Banyak seniman muda Indonesia yang menyadari keindahan kain songket sehingga mereka mengaplikasikannya ke berbagai karya mereka. Filosofi Kain Songket Kain Songket Kata songket berasal dari bahasa Melayu, yaitu “sungkit” yang memiliki arti “mengait”. Bukan tanpa alasan, penamaan ini berkaitan dengan metode yang digunakan. Cara membuat motif pada kain songket adalah dengan menyisipkan benang lungsi di sela – sela benang pakan pembentuk kain. Biasanya benang yang digunakan untuk membuat corak adalah benang emas atau perak, sedangkan penyusun latar adalah benang sutera atau katun. Di Sumatera Barat, para pengrajin kain songket disebut dengan nama Pandai Sikek. Beberapa daerah yang terkenal dengan produksi songketnya adalah Sepuluh Koto, Tanah Datar, dan Payakumbuh. Motif songket pun memiliki sebutan tersendiri, yaitu cukie. Setiap cukie memiliki kisah dan sejarahnya sendiri, kebanyakan terinspirasi dari budaya Islam. Contoh motif songket yang paling terkenal adalah Kaluak Paku dan Pucuak Rabung. Arti dari Cukie Pucuak Rabung yaitu tanaman bamboo yang kuat dan sangat berguna bagi kehidupan manusia sehingga pemakainya diharapkan akan memiliki sifat yang demikian pula. Untuk membuat satu buah kain sarung berukuran standar, seorang pengrajin songket akan memerlukan waktu sekitar satu bulan. Namun waktu ini juga masih bervariasi, tergantung dari ukuran, motif yang dibuat, serta kehalusan kainnya. Tak lepas juga dari keahlian sang pengrajin kain songket. Semakin besar ukuran kain dan semakin rumit motifnya, tentu saja akan dibutuhkan waktu yang lebih lama untuk membuat sebuah kain. Maka dari itu, tentunya kita perlu menghargai kain songket sebagai warisan budaya Indonesia yang tak boleh hilang. Bahan dan Alat Pembuatan Kain Songket Kain Songket Ada dua bagian alat pembuatan songket, yaitu alat tenun utama yang terbuat dari kayu atau bambu dan alat penunjang yang mencakup alat penarik benang, pembuat motif, serta alat untuk memasukkan dan mengambil benang. Bahan untuk membuat songket yaitu benang katun, sutra, atau dari bahan lainnya yang mendukung keindahan kain songket. Dipercaya bahwa di masa lalu, benang dari emas sungguhan digunakan untuk membuat songket. Benang katun dilapisi dengan emas cair sehingga menghasilkan benang emas. Namun karena saat ini emas dan perak merupakan bahan yang mahal harganya, benang emas maupun perak imitasi lebih umum digunakan. Alat yang digunakan para pengrajin untuk membuat kain songket kebanyakan terdiri dari bambu dan kayu. Namanya adalah panta. Pada umumnya, panta memiliki ukuran 2 x meter. Beberapa bagian panta yaitu 1. Gulungan Ini adalah bagian yang dipakai untuk menggulung benang dasar dari bahan sutera atau katun. 2. Sisia Bagian ini digunakan untuk merentangkan benang serta memperolehnya. 3. Pancukia Bagian ini berfungsi untuk membuat motif pada kain songket. 4. Turak Benang tambahan dimasukkan ke pola benang dasar menggunakan bagian ini. 5. Pamedangan Ini adalah tempat khusus untuk menenun songket. Pada alat ini, mesin pembuat songket panta diletakkan, lalu pada bagian depannya diletakkan dua buah tiang yang berguna untuk menyangga kayu yang digunakan untuk menggulung hasil tenunan. 6. Kayu paso Kayu panjang ini digunakan untuk menggulung kain songket yang sudah jadi. 7. Palapah Bagian ini berfungsi untuk merentangkan benang latar. 8. Ani Bagian ini merupakan pelengkap alat, fungsinya adalah untuk menggulung benang. Teknik Pembuatan Kain Songket Kain Songket Teknik menyongket secara umum bisa dijelaskan sebagai menjalin benang – benang dalam susunan yang membentuk pola yang indah. Ada sekitar empat jenis teknik benang pakan yang diterapkan dalam pembuatan kain songket. Setiap pengrajin biasanya menggunakan teknik andalan mereka sendiri – sendiri untuk menghasilkan kain dengan motif yang dikehendaki. Penganyaman songket dilakukan dalam dua tahap, yaitu menganyam kain dasar dengan pola yang tidak begitu rumit, lalu memasukkan unsur yang lebih dekoratif ke kain dasar tersebut. Benang emas atau perak yang mengkilap dimasukkan dan dirangkai ke kain dasar menurut pola atau bentuk tertentu, sehingga menghasilkan efek mengkilap. Membuat kain songket secara tradisional merupakan pekerjaan “paruh waktu” kaum wanita yang dikerjakan di sela – sela kesibukan sehari – hari mereka. Proses pembuatan kain songket yang lumayan rumit dipercaya bisa meningkatkan kualitas dalam diri seorang wanita, karena tentu saja kesabaran dan ketelitian akan terlatih. Jenis Jenis Kain Songket Kain Songket 1. Songket Lepus Kata lepus memiliki makna menutupi. Nama ini mencerminkan ciri khas dari jenis kain songket ini, yaitu warna emas yang menutupi hampir seluruh permukaan kain. Namun warna emas tersebut tak asal dibuat menutupi. Ada beberapa jenis songket lepus, antara lain lepus lintang motif bintang, songket lepus berantai, songket lepus ulir, dan lain – lain. 2. Songket Tawur Kata tawur artinya menyebar atau bertaburan. Hal ini juga terlihat dari motif kainnya, yaitu adanya motif yang tidak menutupi keseluruhan permukaan kain, menyebar dalam kelompok – kelompok kecil. Benang pakan yang membentuk motif kain songket tawur ini juga tidak disusun dengan cara disisipkan dari pinggir ke pinggir kain. Beberapa jenis songket tawur adalah taur lintang, tawur tampak manggis, tawur nampan perak, dan masih banyak lagi. 3. Songket Tretes Jenis kain songket ini memiliki ciri khas tidak ditutupi motif pada bagian tengah kain. Bisa saja pada sebuah kain songket tretes, motif kain hanya ada di kedua ujung pangkal atau di bagian pinggiran. Pada jenis kain ini, bagian tengah dibiarkan polos tanpa motif apa pun. 4. Songket Bungo Pacik Songket bungo pacik memiliki ciri khas sebagian besar motif terbentuk dari benang katun putih sehingga warna – warna mencolok seperti emas dan perak tidak begitu kentara. Warna hiasan ini hanya digunakan sebagai motif selingan. 5. Songket Limar Yang paling membedakan kain songket limar dengan kain songket lainnya adalah teknik pembuatannya. Dalam pembuatan songket pakan, digunakan corak ikat pakan. Motif khas dari kain songket jenis ini dihasilkan dari jalinan benang lungsi yang terlebih dahulu dicelupkan dalam pewarna pada bagian yang dikehendaki sebelum mulai menenun. Kain songket jenis limar ini biasanya dipakai sebagai kain sarung laki – laki maupun perempuan. Jika sudah menjadi pakaian, kain songket ini disebut sewet. Pada umumnya, motif kain songket limar dikombinasikan dengan motif songket lain yang serasi untuk membuat pakaian. 6. Songket Kombinasi Sesuai namanya, songket kombinasi adalah gabungan dari beberapa jenis motif kain songket. Sebagai contoh, ada songket Bungo Cino yang mengandung unsur songket Bungo Pacik dan Songket tawur. Ada juga songket Bungo Intan, yaitu perpaduan dari songket Bungo Pacik dan tretes. Selain 6 jenis songket yang telah disebutkan barusan, masih banyak lagi jenis motif songket yang bisa Anda temukan di nusantara. Umumnya, nama songket berdasarkan motif yang dominan. Misalnya ada songket bungo manggis, songket sorong, dan masih banyak lagi. Banyaknya ditemukan kain songket bermotif bunga menandakan bahwa kegiatan membuat songket atau tenun sangat erat kaitannya dengan kehidupan wanita. Selain itu, aktivitas menenun atau menyongket juga mencerminkan kelembutan wanita. Konon, wanita pada zaman dahulu melakukan kegiatan menyongket sembari menunggu lamaran dari pria. Meskipun telah banyak perubahan kain songket dari waktu ke waktu, tidak terlalu banyak ditemukan motif baru kain songket. Kreasi baru dari kain songket biasanya tidak jauh dari motif yang sudah ada. Umumnya, pembuatan motif baru kain songket dihasilkan dari penggabungan beberapa motif songket lainnya sehingga tercipta suatu motif baru yang indah, namun tetap sejalan dengan aturan dan kepercayaan. Warna yang Digunakan dalam Pembuatan Kain Songket Kain Songket Kebanyakan warna yang ada pada kain songket didapatkan dari warna – warna alami. Maka tak heran jika warna kain songket tidak begitu mencolok, tetapi tetap cantik dan enak dipandang. Misalnya, buah kesumba bisa digunakan untuk menghasilkan warna ungu dan merah anggur. Warna kuning bisa dihasilkan dari kunyit. Meskipun mengetahui bahan dasarnya, tetap saja tidak boleh sembarangan dalam membuat pewarna kain songket. Penggunaan bahan dasar umumnya diambil dari lingkungan yang dekat dengan sang pengrajin. Sayangnya, dewasa ini lahan untuk membudidayakan tanaman pewarna sudah tidak banyak tersedia sehingga banyak pengrajin songket yang beralih ke pewarna tekstil kimia. Arti dari Simbol pada Kain Songket Kain Songket Seperti halnya hidup manusia yang penuh dengan simbol – simbol, begitu juga halnya dengan kain songket yang dipenuhi dengan beragam simbol. Dalam setiap kain songket dapat ditemukan warna, lambang, dan corak yang berbeda sehingga setiap helai kainnya mempunyai ciri dan penampilan yang unik dan menarik. Beberapa contoh simbol yang bisa ditemukan pada kain songket dan maknanya antara lain 1. Motif Bunga Mawar Bunga mawar yang ditemukan pada motif kain songket memiliki makna menolak marabahaya. Biasanya, kain songket yang memiliki gambar bunga mawar digunakan dalam upacara adat cukur rambut bayi. Kain ini dipakai baik sebagai selimut maupun kain gendongan. Adanya motif bunga mawar padakain songket diharapkan bisa menjadi penolak bahaya bagi sang anak dan ia akan selalu berada dalam lindungan Tuhan. 2. Motif Bunga Tanjung Motif ini melambangkan keramahan seseorang sebagai tuan rumah. Selain itu, motif bunga tanjung juga bisa dipakai untuk menyimbolkan selamat datang kepada tamu. Maka dari itu, orang yang sedang menyambut tamu biasanya mengenakan kain songket dengan motif bunga tanjung. 3. Motif Bunga Melati Bunga yang indah ini melambangkan sopan santun, kesucian, dan keanggunan bila dilukiskan pada kain songket. Pada zaman dahulu, biasanya kain songket dengan motif bunga melati dipakai oleh para puteri raja yang belum menikah. 4. Motif Pucuk Rebung Motif ini melambangkan harapan yang baik di masa depan, karena bambu adalah pohon yang sangat kokoh dan tidak mudah goyah oleh apa pun. Mayoritas kain songket memiliki motif pucuk rebung di bagian kepala. Harapannya, sang pemakai bisa selalu beruntung serta diiringi hal baik sepanjang hidupnya. Boleh copy paste, tapi jangan lupa cantumkan sumber. Terimakasih Kain Songket
  1. Υኖ аյаδюв
  2. А брωдр
    1. Щխጰխ ֆоч ιβθпωц
    2. Аወሴμዊнቱփը аηа
  3. Еճ иլιж
Benangakan diikat menggunakan tali berdasarkan coraknya sebelum ditenun. Cara ini untuk memudahkan dalam pencelupan sebagian benang tersebut. Biasanya bagian benang yang terikat tali tidak akan diwarnai. Alat tenun tanpa mesin merupakan peralatan khusus yang digunakan untuk menghasilkan tenun ikat. Proses pembuatan kain songket Palembang harus melalui tiga tahap, yaitu pertama, mempersiapkan kompenen dari peralatan tenun ATBM gedokan. Kedua, pengolahan material bahan benang, dan ketiga, proses menenun benang pakan dan lungsi hingga menjadi sehelai kain songket. a. Komponen Peralatan ATBM Gedokan. Dari perkembangan alat tenun yang ada di masa sekarang semua asas teknologi berasal dari alat tenun gedokan. Sebagai cikal bakal alat tenun ini memang sangat sesuai dengan kebutuhan di masa lampau dimana membuat tenun bukanlah pekerjaan dalam arti ekonomi saja melainkan juga berhubungan dengan cita rasa dan sakral. Jadi alat ini sederhana bentuknya, lamban produksinya tetapi sangat intensif dalam menghasilkan karya. Dalam perkembangan alat tenun gedokan tersebut disebut ATBM. ATBM ini masih tetap menggunakan tenaga manusia tetapi ditambah dengan prinsip-prinsip mekanik pengungkit, maka alat ini lebih maju dan lebih cepat dalam menghasilkan tenunan. ATBM ini kebanyakan digunakan untuk menenun kain Gebeng maupun kain songket. Alat tenun terdiri dari beberapa bagian yang saling berhubungan. Artinya bila satu saja bagian dari gedokan tersebut hilang maka gedokan tersebut tidak akan berfungsi sebagai alat tenun. Adapun nama-nama bagian dari alat tenun gedokan adalah sebagai berikut 1. Cacak, Merupakan tumpuan untuk meletakkan dayan, terdiri dari dua buah tiang ada yang berukir dan ada yang polos. 2. Dayan, Berupa sekeping papan tempat menggulung benang lungsi. 3. Apit, 4. Lempaut/Por, Penahan yang diletakkan di punggung penenun berfungsi untuk menahan benang lungsi. Bila alat ini terlepas maka benang pakan yang telah disusun menjadi kendur. Di bagian kanan dan kiri lempaut/por diletakkan seutas tali yang dihubungkan dengan apit. 5. Tumpuan, Merupakan penahan kaki penenun. 6. Beliro, Berfungsi sebagai penekan supaya benang pakan menjadi rapat, bentuknya berupa kayu pipih dengan panjang kurang lebih 1 meter. 7. Suri, Untuk menyisir benang pakan supaya benang pakan menjadi rapat sehingga hasil tenunan juga rapat. 8. Gulungan, 9. Cucuk karap/Nyincing, Berfungsi untuk membuka benang agar benang lungsi tetap kencang dan teratur letaknya. 10. Pelipiran, Berfungsi untuk membantu membuat motif dengan cara membuka benang lungsi sebelum dimasuki benang pakan. 11. Lidi/Gun, Berfungsi untuk membuat motif kain tenun. Semakin banyak motif kain tenun semakin banyak lidi yang diperlukan. Alat tenun ATBM Gedokan Gambar Alat tenun bukan mesin atau ATBM Gedokan. sumber, dok 2007 b. Pengolahan Material Benang Sebelum proses menenun dimulai sebelumnya benang lebih dahulu diolah. Bahan baku yang digunakan untuk tenun ikat, adapun proses pengolahan benang adalah sebagai berikut 1. Mencelup benang. Masukan air panas ke dalam baskom sebanyak yang diperlukan. Selanjutnya masukkan bahan pewarna aduk sampai larut setelah bahan larut masukan benang. Obat pewarna yang digunakan adalah naftol atau basis atau jenis lain seperti costik, BS, BO. Untuk menggunakan obat pewarna ini diperlukan keahlian khusus serta pengalaman. Komposisi obat pewarna sangat menentukan warna benang. Untuk mendapatkan warna gelap misalnya, diperlukan obat pewarna BO lebih banyak dari lainnya sedangkan untuk mendapatkan warna terang BO tidak diperlukan. Untuk mendapat warna cerah diperlukan obat pewarna lain lagi sedangkan untuk memunculkan warna perlu ditambahkan lagi obat merah B. 2. Menjemur benang Setelah benang dicelup kemudian diangkat dan dijemur sampai kering. 3. Meriring Benang tersebut diriring dikelos dengan berpuluh-puluh riringan / kelosan untuk mengetahui jumlah yang diperlukan. Mengani yaitu menyusun jumlah benang sesuai dengan bentuk dan kebutuhan seperti untuk membuat selendang dan kain. 5. Mencolet / melimar / nyecep Yaitu memberi warna lain pada benang yang telah diberi warna dasar untuk membuat bentuk atau warna lain. 6. Setelah dicolet dijemur lagi sampai kering. 7. Memasukan benang ke dalam sisir 8. Menggulung benang di dayan 9. Membuat motif, yaitu memasang gun kembang sesuai dengan rencana tenun yang dikehendaki. 10. Setelah benang diberi ragam hias / motif kemudian dipindahkan ke alat yang disebut pleting untuk kemudian menjadi benang pakan. Begitu juga dengan benang emas dipindahkan dari gulungan besar ke pleting. Pemindahan ini dilakukan dengan menggunakan alat yang disebut lilingan yaitu meriring / mengelos. Langkah-langkah untuk menenun adalah sebagai berikut 1. Setelah semua peralatan dan ATBM gedokan siap, penenun mulai menenun. Posisi tubuh duduk dengan kedua kaki diselonjorkan ke depan, sambil menekan penahan kaki. 2. Setelah benang digulungkan ke dayan dan sebagai benang lungsi ke apit, selanjutnya dimulai menenun. Menenun tenun ikat songket dimulai dengan matok / patuk. Patuk tidak memiliki ragam hias. Cara patuk adalah dengan memasukkan benang pakan diantara benang lungsi ke arah kanan, kemudian dengan menggunakan suri dan beliro benang pakan dirapatkan. Selanjutnya kembali benang pakan dimasukkan ke arah kiri dan dirapatkan dengan suri dan beliro. Begitu seterusnya sampai leher patuk kira-kira 10-15 cm. 3. Benang pakan disiapkan, digulung di pleting dan diletakan dikiri dan kanan penenun. Gulungan benang pakan tambahan ini digunakan untuk membuat motif pinggiran kanan dan kiri tenun ikat. Sama seperti menggerjakan patuk benang pakan disisipkan diantara benang lungsi kiri dan kanan, kemudian benang pakan polos. Baru kemudian disusun dan dirapatkan dengan beliro, begitu seterusnya. 4. Setelah matok, selanjutnya membuat motif tumpal kurang lebih 30 cm, baru selanjutnya ngembang yaitu membuat motif ragam hias ditengah kain. 5. Untuk membuat motif/ragam hias ini dipergunakan benang emas tambahan dan sisipkan diantara benang lungsi yang sudah memiliki motif. Selanjutnya digunakan sisir dan beliro untuk merapatkan benang pakan. Secara lebih terurai langkah-langkah dari menenun motif yaitu pertama, masukkan lidi kembang di tarik, angkat/tegakan pelipiran, masukkan incing/karap satu, sisir dengan suri masukkan baliro, masukkan benang pakan tambahan, tarik beliro, angkat incing/karap, sambil geser suri, masukkan beliro lagi dan pantak/tekan. Masukkan benang limar, pantak, masukkan benang tambahan emas pantak. Angkat incing/karap masukkan bambu, masukkan beliro, pantak masukkan benang limar pantak, begitu seterusnya. Setelah ditinjau di lapangan bahwa proses pembuatan kain songket membutuhkan waktu 4 minggu ditambah dengan pembuatan selendang songket membutuhkan waktu 4 minggu. Jadi setiap satu set produk songket bisa mencapai 1 hingga 2 bulan. Songket sangat dipengaruhi oleh tingkat kerumitan berbagai jenis ragam hias yang dibutuhkan. Bila produk songket tersebut menerapkan corak ragam hias lebih sederhana maka waktu yang dibutuhkan dalam memproses bahan baku benang hingga menenun, bisa mencapai waktu 2-3 minggu dalam setiap satu set produk songket. Gambar Proses menenun kain songket tawur di wilayah Ki Gede Ing Suro kota Palembang Dokumen, Netty Juliana2004 Sebagianbesar kain Bebali berfungsi sebagai sarana upacara karena dipercaya memiliki kekuatan sebagai pelindung, penolak bala, penjaga kesucian, dan pengendalian diri. Kain Bebali juga dianggap membawa pesan komunikasi tentang kearifan leluhur. Dalam proses pembuatan kain Bebali biasanya ditenun dengan bahan dasar benang Bali, menggunakan alat 403 ERROR Request blocked. We can't connect to the server for this app or website at this time. There might be too much traffic or a configuration error. Try again later, or contact the app or website owner. If you provide content to customers through CloudFront, you can find steps to troubleshoot and help prevent this error by reviewing the CloudFront documentation. Generated by cloudfront CloudFront Request ID osjQQBg1GFfXGrCUu5_1Adz0oZjpXmTmPxzuyTWUyxKE1gLgjqRRqQ== . 92 170 299 216 72 170 0 28

warna benang yang digunakan dalam teknik songket biasanya